Guru Ndeso
Minggu, 18 Desember 2022
LOKAKARYA 3 PROGRAM GURU PENGGERAK
Senin, 05 Desember 2022
LOKAKARYA 2 PGP ANGKATAN 6 DIY
Proses
Pembelajaran di pendidikan Guru Penggerak merupakan sebuah perjalanan panjang
pengembangan kompetensi dan dilakukan dengan melibatkan ekosistem sekolah, Prakarsa
perubahan yang dilakukan seorang calon Guru Penggerak diharapkan bisa diimplementasikan di sekolah, dan budaya
positif tidak hanya untuk diri Calon Guru Penggerak tetapi nantinya bisa
dilaksanakan di tingkat sekolah. Kegiatan Lokakarya merupakan sebuah kegiatan
yang mengumpulkan secara luring para peserta agar mereka dapat saling kolaborasi, berbagi dan saling memberi masukan atau umpan balik dari rencana
dan aksi nyata yang akan diimplementasikan di sekolah. Menariknya karena peserta
terdiri dari berbagai tingkatan maka para CGP akan mendapat masukan dari
berbagai sudut pandang yang akan membuat karya mereka lebih kaya. Pembelajaran
melalui daring yang dilakukan peserta lewat modul dan aksi nyata yang sudah
dilakukan peserta perlu mendapatkan penguatan melalui kegiatan luring.
Lokakarya 2 ini adalah kegiatan luring untuk kegiatan pendalaman peserta
PGP terhadap modul 1.3 dan 1.4.
LOKAKARYA 1 PROGRAM GURU PENGGERAK ANGKATAN 6 DIY
Proses
Pembelajaran di pendiidkan Guru Penggerak merupakan sebuah perjalanan panjang
pengembangan kompetensi dan dilakukan dengan melibatkan ekosistem sekolah, dan
komunitas yang ada di sekolah, guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran
diharapkana bisa mengerakkan komunitas yang ada atau membentuk komunitas yang
baru bila komunitas tersebut belum ada di sekolahnya.
Kegiatan lokakarya 1 berjalan dengan lancar sesuai rencana dengan tahapan yang ada. Peserta mengikuti kegiatan dengan antusias dari awal sampai akhir, yang bisa ditunjukkan dari hasil pengisian evaluasi lokakarya yang menunjukkan baik .Tujuan belajar pada kegiatana tercapai dengan indicator yang diharapkan dapat terpenuhi. Peserta tampak antusias mengikuti kegiatan peserta menyimpulkan bahwa komunitas praktisi sangat penting keberadaannya dan setiap CGP memiliki peran sangat besar dalam menggerakkan komunitas praktisi melalui 3 tahapan yaitu merintis, menumbuhkan, dan merwat berkelanjutan
Rabu, 07 September 2022
LOKAKARYA ORIENTASI GURU PENGGERAK ANGKATAN 6 DIY 2022
Kegiatan pembelajaran
berjalan dinamis sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat oleh BBGP Propinsi DIY yang terdiri dari 10 kegiatan. Mulai dari
pembukaan, kekhawatiran dan harapan, perjalanan guru penggerak, posisi diri,
rencana pengembangan 1, rencana pengembangan 2, portofolio digital sampai dengan refleksi dan penutupan. Peserta
mengikuti kegiatan dengan antusias, aktif dalam kegiatan baik memberikan respon
dengan menjawab maupun bertanya. Bahkan ice breaking dapat dilakukan dengan
melibatkan para peserta. Pada sesi 2 awal, peserta sempat terlihat tegang,
dimungkinkan karena sinyal di wilayah
gunungkidul yang sedikit terganggu, dan para peserta sedang beradaptasi dengan system
yang ada. Pada sesi 2 kegiatan interaktif dapat
berjalan dengan baik dan dapat melibatkan CGP,Kepala sekolah serta Pengawas sekolah.
Produk yang
dihasilkan dalam kegiatan lokakrya ini adalah 1) kesepakatan antara CGP dan
kepala sekolah peserta PGP, 2) peta diri yang terdiri asesmen mandiri peserta
untuk cek kompetensi yang dimiliki, kemudian hasil asemen dievaluasi oleh CGP
3) rencana pengembangan diri CGP selama 6 bulan ke depan.
Tujuan pembelajaran
pada kegiatan lokakarya ini dapat tercapai dengan baik, yaitu memahami program
guru penggerak baik alur,peran tim
pendukung dan kompetensi lulusan, guru penggerak dapat mengidentifikasi posisi
diri pada kompetensi guru penggerak, guru penggerak dapat membuat rencana pengembangan,
dukungan dan tantangan, guru penggerak memahami pentingnya membuat portofolio
digital sebagai bagian dari penggembangan kompetensi, bukti produk dikumpulkan oleh CGP, sebagai pijakan untuk
melaksanakan kegiatan PGP selama 6 bulan, dan telah mendapat dukungan dari
Kepala Sekolah masing- masing.
Kesimpulan dari
kegiatan ini adalah tercapainya tujuan belajar pada lokakarya orientasi oleh 7
peserta guru pengggerak dengan tim pendukung PP Siti khasanah pada kelas F baik
mengidentifikasi harapan, kehawatiran PGP, mengidentifikasi tantangan dan
merencanakan pengembangan kompetensi diri.
Kamis, 30 Juni 2022
SMKN1
Saptosari tempat kami belajar terletak
di JL Panggang Wonosari Saptosari Gunungkidul. Memasuki halaman sekolah ini ,
terasa, bangunan yang tertata dan tercat warna warni, dengan garis garis hijau
sebagai lokasi pejalan kaki. Pagi hari tampak
Bapak ibu guru di depan gerbang sekolah, mengucapkan salam , tersenyum Ceria menyambut kedatangan anak. Aktivitas pagi
dimulai dengan masuk kelas masing-masing, anak mengikuti pelajaran dengan diampu
guru masing-masing baik pelajaran normative adaptif di kelas, di lapangan ataupun di bengkel atau
laboratorium bagi yang produktif. Kadang
tampak anak -anak memegang HP untuk pembelajaran, mencari materi atau membuat
video. Berbagai variasi kegiatan sudah dipilih bapak ibu guru untuk aktivitas
pembalajaran di sekolah. Di sekolah kami bapak ibu berwajah ceria dalam menghadapi anak, sesekali tampak mereka
berbicara serius atau terpantau berbisik-
bisIk, rupanya proses coaching terhadap anak- anak yang membutuhkan perhatian
tetap akan ada di sudut- sudut sekolah.
Kadangkala pukul
07.00, masjid sekolah tampak ramai, untuk kelas yang mendapat jadwal karakter dan ketaqwaan , dimana anak melakukan kajian pagi , baca al quran
maupun mendengarkan kajian. Bagi yang beragama selain Islam, ada kegiatan juga
di perpustakaan atau aula sekolah. Bahkan sebelum pukul 06.30, sudah ada anak-
anak di lapangan yang memilih menjadi peserta kesemaptaan, untuk memupuk kemampuan fisik dan kepemimpinan.
Kegiatan sekolah ini sangat beragam, untuk kepentingan anak dan berdampak
positif pada anak. Anak berkegiatan di
sekolah sampai sore tanpa ada perasaan jenuh.
Ada satu hal
sangat menarik perhatian yaitu tentang sampah dan pembuangannya. Masih kami
dapati anak - anak yang membuang sampah sembarangan, memasukkan sampah dalam
laci , seandainya buang sampah ,kurang memperhatikan jenis- jenis sampah,
walaupun sudah ada tempat sampah yang
dipilah.
Kegiatan
hukuman kadang masih berlangsung untuk
mengembalikan ketertiban bila ditegur anak tidak mengindahkannya. Berdasarkan prinsip pendidikan yang
memerdekakan, dimana tanggungjawab di bangun atas dasar kepahaman, memahami tentang displin positif dan mengubah hukuman menjadi konsekuensi, maka muncul sebuah prakarsa
perubahan yang dapat dikembangkan di
sekolah dalam pembelajaran.
Tantangan
berupa kekurangpaham anak terhadap sampah, dampak dan kegunaannya akan
diubah melalui pembelajaran yang
menyenangkan yaitu model PJBL. Anak akan
di rangsang untuk membentuk kelompok dan mencari tema, berdiskusi, riset sampai
menampilkan aksi nyata berupa kampanye dan pembuatan produk daur ulang.
Nantinya diharapkan muncul aksi nyata anak tergerak untuk mensosialisasikan
atau mengkampanyekan pembuangan sampah pada tempatnya, memilah sampah serta
produk daur ulang kepada semua warga sekolah. Diharapkan dengan pembelajaran ini anak akan
lebih mencintai kebersihan, membuang sampah pada tempatnya dan dipilah, saling
mengingatkan bahkan mampu menubah sampah menjadi produk yang berguna. Semua itu
merupakan upaya pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas,
komunikasi kerjasama dan tanggungjawab
anak terhadap lingkungan
Rabu, 29 Juni 2022
PUISI PENDIDIKAN YANG MEMERDEKAKAN.
Pendidikan yang dilakukan untuk merdeka (berangkat dari kemampuan diri, mandiri dan bertanggungjawaba), dilakukan secara kontinyu (berkesinambungan) , konvergen tetap berpijak pada budaya bangsa, untuk membangun leadership sehingga anak bisa berkontribusi dalam perubahan dan masyarakat, dilakukan dengan sistem among melalui menuntun, memberi dorongan dan doa terbaik dari seorang pendidik
Selasa, 28 Juni 2022
TRANSFORMASI PENDIDIKAN INDONESIA ALA KI HAJAR DEWANTARA
Indonesia harus
merasa beruntung memiliki tokoh pendidikan seperti Raden Mas
Suwardi Surjaningrat atau dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Beliau sudah
memperkenalkan kepada kita tentang hakekat pendidikan yang ingin mencapai titik tertinggi
manusia yaitu selamat dan bahagia
sebagai manusia dan memberikan
kontribusi dalam masyarakat. Hakekat ini
sangat menghargai kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan yang unik dan memiliki
dasar bakat kecerdasan masing-masing.
Dalam rangka mengembangkan dan menumbuhkan
kodrat dasar tersebut maka seorang anak memiliki hak untuk tumbuh berkembang serta
belajar sesuai kondisinya, karena pada dasarnya seorang anak itu suka belajar
seperti hal nya ia suka bermain. Kehilangan
minat untuk belajar seperti halnya bermain dapat terjadi ketika anak kehilangan
daya dukung atau mungkin tekanan - tekanan dari sekitar
yang membuat ia ketakutan atau kehilangan antusiasme dalam belajar. Agar
antusias belajar ini tidak hilang, orang dewasa disekitarnya atau seorang
pendidik perlu memperhatikan cara mendidik dan mengajar, yang oleh Ki Hajar Dewantara diperkenalkan dengan nama sistem
among, yaitu memberi tuntunan. Sistem among ini bermakna menemani atau memberi
dorongan agar si anak mampu memperbaiki perilakunya tanpa harus kehilangan
keunikannnya. Sistem among yang diperkenalkan ada 3 yaitu Ing Ngarsa Sung
Tuladha, di depan memberi contoh, Ing Madya Mangun Karsa, di tengah menumbuhkan
semangat , Tut Wuri Handayani, di belakang memberikan dorongan. Pendidikan ini oleh KHD lebih dikenal sebagai
pendidikan yang menghamba kepada anak, karena anak adalah sentral yang akan menjadi objek , dan seorang
pendidik akan mengerahkan segala kemampuan untuk memperbaiki perilakunya
sehingga cipta rasa karsa dan jasmaninya bisa terasah dalam kehidupan.
Pengasahan potensi- potensi tadi bisa diibaratkan seorang petani yang merawat
tanaman, agar benih padi unggul bisa menghasilkan panen pada saatnya maka
petani harus memperhatikan kebutuhan pupuk, air, tanah,
bila perlu mencabut gulma dan tanaman pengganggu disekitarnya. Menjaga lingkungan
agar anak tetap mengikuti kodrat alam dan zaman inilah membutuhkan budaya positif.
Budaya positif
bagi pendidikan dengan system among yang
diberikan ini diharapkan mampu menumbuhkembangkan
tujuan sebagai manusia seutuhnya yang selamat dan bahagia dan memberi
kontribusi dalam masyarakat. Dalam kehidupan sekarang tujuan ini secara jelas dapat dilihat pada
pencapaian profil pelajar Pancasila dimana seorang anak diharapkan memiliki
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME
dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global,
bergotong royong, kreatif, bernalar kritis dan memiliki
kemandirian. Mencapai profil tersebut di
masa sekarang tetap relevan menggunakan sistem among/menuntun yang diperkenalkan oleh Ki hajar Dewantara versi abad 21 yaitu dengan cara berkolaborasi , mengajak berfikir kritis reflektif , selalu membangun komunikasi
yang tepat , meningkatkan kreatifitas
dalam kehidupan. Apabila hal-hal yang sudah disebutkan di atas bisa dilakukan
maka transformasi pendidikan di Indonesia untuk
pencapaian profil pelajar Pancasila di era revolusi industry ini akan
dapat tercapai.